Juni Ke-20

Waktu melihat kalender, saya sadar kalau sekarang masih Juni—dan masih akan terus menjadi Juni sampai setidaknya besok. Lusa, barulah saya—dan kita, bila kau sedang menunggu waktu selain Juni—memasuki Juli.

Sebenarnya nggak ada sesuatu yang sedang saya tunggu di Juli atau setelah-setelahnya. Hanya saja, entah mengapa, saya merasa Juni tahun ini terasa begitu panjang (bahkan lebih panjang daripada kereta di hari lebaran). Saya sudah melewati banyak hal di bulan ini: ulangtahun saya, UAS, puasa, buka bersama dengan teman SMP saya, buka bersama dengan teman-teman SMK saya, menunggu nilai UAS yang nggak keluar-keluar, mendapat pengumuman bila hasil nilai UAS diundur, lebaran, halal bihalal keluarga, sampai paket novel saya datang. Dan, meski saya sudah mengalami begitu banyak kejadian di bulan ini, Juni nggak kunjung berakhir.


Foto yang saya ambil tepat sehari sebelum kelahiran saya
(hanya jika kalian menyadarinya)


Lalu, saya sadar. Juni ini terasa begitu panjang karena saya sedang bosan. Nggak ada kegiatan berarti yang bisa saya lakukan di bulan ini—selain merampungkan naskah novel untuk 15 Juli mendatang. Bahkan, saya bisa saja berada di dalam rumah 24x7 tanpa terpapar sinar matahari di paruh waktu bulan ini bila tidak ada lebaran dan halal bihalal. (Yah, untungnya itu nggak benar-benar terjadi. Saya masih sempat keluar demi membeli sebungkus sambal tabur di warung.)

Padahal umur saya sudah 20 tahun (ada yang mau memberi saya ucapan selamat?). Dan banyak sekali artikel atau esai ala-ala yang bertebaran di timeline LINE saya yang mengatakan, bahwa sebaiknya saya mulai melakukan banyak hal di usia ini karena sekarang adalah saat-saat keemasan saya. TAPI, saya nggak tahu harus melakukan apa—selain berusaha menghidupkan kembali blog yang sudah lama saya tinggalkan ini berhubung Tumblr masih juga diblokir.

Yah, saya harap saya menemukan hal menarik lain di luar sana dalam waktu dekat ini.

Komentar

Postingan Populer