"Let Go" yang Itu

kover depan novel

Judul: Let Go
Penulis: Windhy Puspitadewi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2018
Tebal Halaman: 264
Rating: 3.8/5 (Goodreads)

"Orang yang membaca banyak buku kayak kamu dan menguasai sejarah nggak mungkin bodoh. Kamu cuma sial karena hidup di tempat dan waktu yang salah."


Heh, seriusan ya, ini tuh novel zaman saya masih SMP! Wkwkwk. Saya nggak nyangka bakal menemukan LET GO di iPusnas. Mana dia tahu-tahu ganti kover + penerbit, lagi. Uwu~

Awalnya sih, saya ragu kalau Let Go yang saya temukan di iPusnas sama dengan yang dulu saya baca pas masih SMP. Bahkan waktu baca blurb-nya pun saya masih ragu, soalnya agak lupa-lupa ingat gitu (hehehe). Tapi begitu baca bab pertama dan ketemu sama Raka yang baik-baik-bego, langsung deh, kuyakin bila ini adalah novel Let Go yang “itu”.

Bercerita tentang remaja cowok yang terkenal suka bikin ulah dan berakhir dengan terjebak dengan manusia-manusia ajaib di angkatannya, Let Go punya cerita yang mungkin agak berbeda dengan novel kebanyakan yang ada saat ini. Si remaja (agak) badung, Raka, harus mengurus mading sekolah yang terbengkalai bersama tiga orang teman lainnya yang punya sikap dan sifat seajaib dirinya: yang satu penakut tingkat dewa, yang satu nggak punya hati, satunya lagi sok bisa. Dari perkumpulan empat serangkai inilah cerita persahabatan dan cinta terbentuk, dan dari perkumpulan ini jugalah masing-masing karakter belajar banyak hal.

Baca novel ini lagi bikin saya tahu alasan kenapa saya dulu (dan sekarang) menyukai Let Go. Khas tahun 2010 ke bawah gitu. Cerita yang diangkat ringan dan khas remaja, tapi konfliknya relate banget buat anak SMA tahun segituan yang nggak terlalu menye-menye dan masih sewajarnya. Walau dialognya kadang agak kaku, tapi saya tetap suka karena—apa, ya?—tahun segitu itu orang kalau ngobrol modelnya ya begitu. (Ini menunjukkan bahwa, walau ganti penerbit novel ini (sepertinya) tidak mengalami perubahan.)

I love it. Let Go jadi mengingatkan saya pada masa-masa penuh keceriaan dan kedamaian tanpa adanya interupsi dari media sosial. Wkwkwk. Kalau lagi pengin balik ke masa itu, kalin bisa coba untuk baca novel ini. Terus, rasakan perbedaan masa sekolah zaman dulu dan masa sekarang.

Oke, deh. Selamat membaca!

Komentar

Postingan Populer