What It Means to Be You (manhwa): review
Judul: What It Means to Be You
Penulis: Leebora
Penerbit:
Tapas Media (terjemahan bahasa Inggris)
Tahun
Terbit: 2021 (terjemahan bahasa Inggris)
Banyak
episode: 61 (ongoing, terjemahan bahasa Inggris)
Rating: 4/5 (pribadi)
PS: mengandung SPOILER
Di tengah-tengah gempuran
historical-manhwa yang temanya isekai-villainess, saya mulai merasa eneg dan
tetiba saja saya jadi pengin baca historical-manhwa yang ~hurt me so much~ tapi
nggak menye-menye. Saya pengin nangis gegara baca sesuatu. Lalu akhirnya, setelah
menyelami banyak manhwa, saya bertemu dengan WHAT IT MEANS TO BE YOU.
Beberapa kata untuk manhwa
satu ini: bikin capek hati. Hhhhh, kayaknya sudah lama banget saya nggak
membaca sesuatu yang bikin saya berkata kasar. Dan percayalah, ini bukan tipe
bacaan yang akan dicari kalau sedang ingin terhibur. Bukannya terhibur, yang
ada malah makin stres.
Yep, bab pertama (kalau baca
di Tapas) kita sudah akan diberi banyak peringatan. Di bab-bab selanjutnya yang
mengandung konten tidak menyenangkan pun kita juga akan diberi peringatan.
Karena manhwa ini temanya memang nggak menyenangkan banget dan bisa
mengingatkan pada trauma yang mungkin pernah dimiliki.
Memangnya seberat apa? Bro,
ini bukan manhwa yang segampang itu kasih cerita “oke, aku capek dengan dunia
ini jadi lebih baik aku mengakhiri hidupku”. No, ini lebih dari itu. Manhwa ini
memberi alasan yang jelas dan kuat kenapa tokoh utamanya mau bunuh diri. Nah,
masalahnya (atau sialnya) percobaan pertamanya gagal dan alih-alih mati, si
tokoh utama, Violet, malah bertukar tubuh sama si penyebab dia pengin bunuh
diri, yakni suaminya sendiri alias WInter!
Ngenes banget, anjaaay. Tapi
yah, dengan begitulah manhwa ini bercerita: tentang pertukaran tubuh. Dari situlah
akhirnya kedua tokoh utama di What It
Means to Be You jadi tahu kehidupan satu sama lain. Tahu bagaimana
perjuangan masing-masing dan tahu bagaimana seharusnya memperlakukan satu sama
lain. Walau yah… itu butuh waktu yang lama. Terutama buat Winter si suami tai.
Ups, sori berkata kasar. Kebanyakan
komentar yang saya temukan pun juga mengutuk kelakuan Winter yang nggak peka.
Sadarnya itu orang lama banget. Dan, perlu diketahi kalau kesialan(?) hidup
Violet kebanyakan datang dari Winter. Makanya jangan heran kalau banyak orang
yang bilang, “Walau mereka berbaikan, mereka sebaiknya tetap bercerai saja.”
Sampai sejauh ini saya baca, jarang ada orang yang pengin mereka berdua
mempertahankan pernikahan mereka.
Dan, saya setuju.
Tapi masih terlalu dini
untuk itu. Bab pada manhwa ini masih terus berlanjut dan baru-baru ini kita
dibawa untuk menyusuri sudut pandang Winter. Mungkin saja pikiran beberapa
orang berubah, sehingga mereka akan jadi lebih kalem menghadapi Winter.
(Menurut saya sih, mau seburuk apa pun masa lalu Winter tetap nggak bisa
dijadikan alasan di balik sikap brengseknya dulu.)
Jadi secara keseluruhan: ya,
manhwa ini bagus tapi agaknya manhwa ini bukan sesuatu yang bisa digunakan
sebagai alat penghibur diri. Well,
yah, tapi mungkin gambarnya yang bagus, warnanya yang kalem, dan detail-detail
tanaman di manhwa ini bisa dijadikan untuk pencuci mata. Violet digambarkan
sebagai tokoh yang cantik and yes, she is.
Sementara kalau untuk Winter… saya cukup terkejut karena peggambaran tokohnya
berkulit dan berambut gelap. Dibandingkan dengan para tokoh utama pria di luar
sana, penggambaran Winter termasuk biasa saja, tapi dia termasuk “ganteng”.
Oh, iya. Selain bisa membaca
What It Means to Be You di Tapas,
kalian juga bisa membacanya di KakaoPage untuk terjemahan bahasa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar