Hand Lettering: Aslinya Nganu Banget
Dengan kekuatan kertas watercolor ukuran A6 seharga 10 ribuan (isi 12 lembar) dan brush pen seharga 8 ribuan, jadilah hand lettering ala-ala saya! Wkwkwk.
Harus saya akui, saya cukup bangga dan senang hasil
karya di atas (sombong bet lu) :v// Memang tidak sebagus bikinan orang-orang, tapi
ini lebh baik daripada waktu saya pertama kali mencobanya. Duh, kalau
dilihat-lihat lagi, saya jadi ingin mengolok-olok diri sendiri…
Pertama kali coba, saya langsung sadar kalau nggak
ada yang instan. Termasuk hand lettering,
termasuk mi instan. Meski begitu, dengan kekepoan tingkat dewa “gimana
caranya orang-orang di IG bisa nulis sebagus itu” saya coba terus dengan berbekalkan
kertas undangan pengajian, kertas bekas print-print-an yang eror, dan
mengabaikan pelajaran menggambar garis-garis sebagai latihan dasar.
Serius dah, kalau kelyan adalah seorang pemula dalam per-handlettering-an, latihan bikin garis-garis dulu. Serius! Soalnya
bikin garis-garis doang itu nganu banget! :”v//
Susah, euy! Kelihatannya mah, cuma bikin garis
miring-miring sama angka 8 gituuuu. Tapiii tebal-tipisnya, ya ampun! Pantesan
waktu pertama kali (sok-sokan) nulis saya nggak ngerti-ngerti dan nggak
bisa-bisa bikin tebal-tipisnya huruf. Lha wong
bikin garis-garis saja belum lancar. Huft!
Ntar, kalau udah lancar bikin garis-garis dan mulai
nulis (pakai huruf) rasakan perbedaannya. Di situ, rasanya tangan secara alami
tahu kapan waktunya tebal, kapan waktunya tipis.
Saya sendiri menghabiskan waktu selama 3 mingguan
sampai akhirnya bisa nulis kayak gambar di bawah ini. Lama? Banget. Saya
sendiri ya mbatin, atase belajar nulis ae suwi men.
Pas awal-awal dulu, ketika saya masih sok-sokan
nggak belajar bikin garis-garis dulu, saya nulis nama orang. Skater lah, karakter di manga novel lah, judul novel lah, dan seringnya nama sendiri.
Nama saya ada huruf S, E, dan K-nya. Hadeeeh, neraka banget huruf itu. Belum
lagi namanya Yuzuru Hanyu. Z-nya itu lho Hhhh! Terus, pas udah mulai lancar,
tiap hari paling nggak saya nulis tiga kalimat (baca: lirik lagu, quotes), biar lancar menulisnya. Baru
setelah saya rasa tulisan saya layak dilihat orang lain (baca: nggak bikin
sakit mata), saya unggah tulisan saya ke IG. Wkwkwk.
Komentar
Posting Komentar