Pencarian Darah Baru
![]() |
Kover depan novel |
Judul: Glass Sword
Penulis: Victoria Aveyard
Penerbit: Noura Books Publishing (PT. Mizan Publika)
Tahun Terbit: 2016
Tebal Halaman: 612
Rating: 3.9/5 (Goodreads)
*FREE SPOILERS!!!*
"Aku tidak yakin kau memiliki cinta di hatimu. Jika kau menganggap orang sebagai alat dan senjata. Jika kau menganggap orang-orang pantas dimanipulasi dan dikontrol, pantas dikorbankan."
Akhirnya, saya baca GLASS SWORD juga setelah sengaja
menahan diri. Mau bagaimana lagi? Lanjutannya nggak ada di iPusnas, jadi saya
harus beli entah kapan. Wkwkwk.
Oke. Jadi, si Glass
Sword ini adalah lanjutan dari Red Queen. Dan, ketika saya bilang “lanjutan”, itu artinya benar-benar
lanjutan.
Kesan pertamanya saya akan novel ini nggak
bagus-bagus amat. Soalnya, awal dari novel ini lanjutan dari akhir novel
sebelumnya. Begitu baca bab awal, rasanya kayak jebret! dor! gitu. Nggak enak. Apalagi, saya bacanya ada jeda
seminggu, berasa ditembak tiba-tiba. (Saya nggak bisa membayangkan kalau saya
merupakan salah satu pembaca pertamanya. Saya pasti langsung syok.) Lha, wong di akhir novel Red Queen itu ceritanya Mare Barrow berhasil melarikan diri,
tahu-tahu di awal cerita Glass Sword
dia langsung diserang dalam rangka pengejaran dan penangkapannya. Huft.
Tapi, untungnya, selepas dari pengejaran, ceritanya
kembali tenang dan berjalan menuju puncak konflik dengan hati-hati dan pasti.
Naik dan turunnya pas-pas saja, pada tiap sub-konfliknya(?). Sedangkan
perjalanan menuju konflik utamanya agak terlalu cepat. Lagi-lagi, saya merasa
agak kaget dan tidak siap menyongsong Mare menuju konflik utama…
Begini, ada tokoh yang bernama Jon. Dia ini orang
yang bisa menerawang masa depan. Dan, menurut analisis ala-ala saya, kayaknya
gara-gara kemunculan Jon di bab-bab akhir inilah alur ceritanya jadi cepat. Dia
kan ngebocorin apa yang akan terjadi nanti, makanya Mare jadi bertindak cepat.
Ha!
(Kemunculan Jon ini bikin saya jadi bingung: Buat
apa dia muncul? Apakah dia muncul untuk menyingkat alur cerita? Entalah, saya
belum baca lanjutan dari seri novel ini.)
Nggak cuma itu saja. Begitu konflik utama dari Glass Sword selesai, lagi-lagi Mare
harus menghadapi kenyataan pahit (atas pilihannya sendiri) dengan begitu
cepatnya. Kesannya kayak, Mare itu nggak dikasih kesempatan buat leha-leha
sebentar sama si penulis. Kasihan dia, pasti dia lelah jiwa raga :”v//
Terlepas dari alur yang, menurut saya, terlalu
cepat, novel ini masih bisa dinikmati dengan enak. Masih kayak seri sebelumnya,
saya sukses dibuat penasaran dengan “apa yang akan terjadi selanjutnya?”, “siapa
yang bakal mati?”, “gimana nasib si A, si B, si C?”, dll. Selain itu, saya
senang lihat karakter tokoh-tokohnya tumbuh berkembang. Terutama si Mare,
huhuhu. Semoga setelah dia ditempa di Glass
Sword dia jadi belajar banyak buat menghadapi seri lanjutannya.
Dan yang paling greget, berhubung si penulis membuat
Maven menjadi seorang pengkhianat, Baginda Raja Maven munculnya malah cuma
sedikit. Nama Maven memang sering disebut dan dia hobi ngirim surat cinta ke
Mare, sih. Tapi itu masih kurang bagi saya, selaku pembaca yang “benci tapi
cinta” sama Maven! :v//
Jadi, Glass
Sword sendiri ceritanya tentang Mare yang merekrut orang-orang yang
berdarah Merah tapi memiliki kekuatan seperti seorang Perak. Meminjam dari
istilahnya Julian, Darah Baru. Perekrutan Darah Baru nggak mulus, tentunya.
Soalnya #timMare harus bersaing dengan #timMaven. Kalau #timMaven yang
menemukannya dulu, Dara Baru itu bakal digorok. (Sumpah ya, ini nih yang bikin
saya greget sama Maven, dia tuh makin ke belakang makin kejam dan brengsek aja.) Tak lupa juga dengan bumbu romansa antara Mare-Cal-Kilorn dan Shade-Farley.
Di Glass Sword,
ada 2 orang penting yang mati. Ada juga tokoh yang barusan muncul langsung
mati. Ada yang kayaknya berkhianat dan macam-macam lagi. Melihat dari judul
seri selanjutnya, yakni King’s Cage,
bisa ditebaklah, bagaimana akhir dari novel Glass
Sword ini.
Akhir kata dari saya: balikan sama mantan nggak
selalu indah. Kalian akan tahu begitu baca novel ini. Wkwkwk.
Selamat membaca!
Komentar
Posting Komentar