Merah Sekaligus Perak
![]() |
Kover depan novel |
Judul: Red Queen
Penulis: Victoria Aveyard
Penerbit: Noura Books Publishing (PT. Mizan Publika)
Terbit: 2015
Halaman: 524
Rating: 4.1/5 (Goodreads)
*FREE SPOILER*
“Setiap orang bisa mengkhianati siapa pun.”
Saya
tahu saya telat banget buat baca RED QUEEN. Sudah ada dari 2015, dan baru
pertengahan 2018 ini saya baru baca. Yah, habisnya saya (jujur saja) nggak
sebegitu tertarik sama novel ber-genre
fantasi (kecuali Harry Potter,
tentunya). Saya sendiri baru tertarik buat baca novel ini soalnya posisinya di
Gramedia cabang Tunjungan Plaza nggak pernah berubah dari zaman saya maba
sampai menginjak tahun ketiga kuliah saya ini. Sebenarnya, kover dari Red Queen sendiri sangat mencolok di
antara novel-novel fantasi dan misteri yang dipajang di rak buku Gramedia yang
rata-rata warnanya gelap. Itulah mengapa, saya iseng cari bukunya di iPusnas
berhubung saya takut kecewa kalau beli :v//
Dan,
saya kecewa. Kecewa karena nggak membeli dan membacanya dari awal buku itu
nongol di rak buku Gramedia!
Di
bab-bab awal, saya masih meraba-raba ke mana arah cerita Red Queen. (Soalnya, pikiran saya membayangkan Queen Revana gitu—cewek
yang biasa-biasa saja tahu-tahu menikah sama raja, perbedaan mencolok antara
kehidupan sang raja dengan rakyatnya, perebutan takhta, dan perang.)
Sejujurnya, sih, saya merasa agak bosan di sini. Yah, soalnya ada banyak
istilah baru untuk membangun universe
dari novel ini. Bahkan, saya sendiri kesulitan menerka apakah si pemeran utama
ini cewek atau cowok mengingat dia pintar mencopet dan akan ikut perang di usia
berikutnya, 18 tahun.
Barulah,
ketika akhirnya cerita mulai masuk ke babak utamanya, yaitu ketika Mare, si heroine, kaum Merah tahu-tahu mendapat
pekerjaan sebagai seorang pelayan bagi sang raja setelah (dia merasa)
mengecewakan semua orang yang disayangi. Saya merasa lega dan bahagia ketika si
Mare akhirnya dapat pekerjaan dari seseorang yang mengaku bernama Cal (yang
ternyata sang pangeran), habis dia melas banget di bab-bab sebelumnya (YHA).
Tapi,
sama seperti Mare sendiri, kelegaan dan kebahagiaan saya nggak berlangsung
lama. Ternyata Mare seorang Merah sekaligus seorang Perak, orang-orang yang
dalam pandangan Mare memiliki banyak kekuasaan dan kekuatan dibanding kaum
Merah. Dan di sinilah saya mulai bisa mengerti kenapa judulnya “Red Queen” dan
merasa bila tebakan saya benar: pernikahan dengan orang ningrat (Mare
ditunangkan dengan anak kedua sang raja, Maven, si cowok (yang kelihatannya)
baik hati dan polos), perbedaan sosial yang mencolok, perebutan takhta, dan
perang. Pokoknya, kalian akan menemukan hal-hal khas yang sama dalam novel
bertipe serupa lainnya.
Hanya
saja, meski saya sudah bisa meraba kearah mana novel ini akan membawa saya,
nggak tahu kenapa saya tetap saja deg-degan menanti apa yang akan terjadi
selanjutnya. Bagaimana nasib Mare setelah dia akhirnya memutuskan untuk melakukan
kudeta? Bagaimana nasib Maven yang memutuskan untuk berkhianat pada kaumnya
sendiri? Bagaimana nasib keluarganya? Lalu, yang paling penting, siapakah yang
akan berkhianat?
JENG!
JENG!
Intinya,
sih, saya ingin memaki dan mencakar wajah dua pangeran, yakni Cal dan Maven,
atas segala hal bodoh, kepolosan, dan kelemahan hati mereka. Hhhh! Spoiler: dari dua pangeran ini, Mare belajar
tentang quote yang sudah saya kutip
di atas.
Red Queen sendiri merupakan sebuah trilogi dan memiliki prekuel. Sekuelnya sendiri sudah ada tiga, yang baru
diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia ada dua, yaitu Glass Sword (ada di iPusnas dan belum saya baca) dan King’s Cage. Sekuel ketiganya, War Storm, belum ada di Indonesia
soalnya baru rilis tahun ini.
Komentar
Posting Komentar