Manusia dengan Segala Sifatnya


Salah satu hal utama yang saya cemaskan ketika Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bagaimana cara saya berkompromi dengan 15 orang asing dan hidup bersama mereka selama 21 hari lamanya. Oke, sebelum KKN itu sendiri dilaksanakan kami memang beberapa kali bertemu muka untuk mebahas segala sesuatunya. Tapi tentu saja bertemu muka selama beberapa jam saja berbeda dengan hidup bersama selama 24 jam x 21. It’s a big deal for me. KKN butuh kerja sama; kalau saya tidak segera bisa beradaptasi dengan segala sifat teman sekelompok saya maka saya akan kesulitan bekerja sama dengan mereka.

Jadi sejak pertemuan pertama diadakan yang pertama kali saya lakukan adalah:
1.     Berusaha menghafal wajah-wajah mereka
2.      Berusaha menghafal nama-nama mereka
3.      Berusaha bersikap senormal mungkin (tidak mencolok)
4.      Berusaha menganalisis mereka

Dari pertemuan-pertemuan awal, saya mendapati ada dua-tiga orang yang terlihat cekatan as in dia selalu melontarkan berbagai pendapat dan masukan untuk ketua. Sisanya “Iya, iya,” saja (termasuk saya). Mungkin ini dikarenakan kami belum seberapa kenal, masih jaim.

Sampai di pertemuan terakhir sebelum pemberangkatan, agaknya saya mulai merasa mengenal mereka walau belum memasuki tahap nyaman. Paling tidak, saya tahu wajah dan nama mereka serta bagaimana “keadaan” beberapa dari mereka.

Foto "bersama" yang pertama. Diambil H+5 KKN di SDN Sumberrejo 02.

Namun, sekali lagi, itu berdasarkan pengamatan awal saja yang hanya beberapa jam dan adanya kemungkinan mereka masih jaim. Sifat asli mereka mulai terlihat di akhir minggu pertama KKN.

  • Saya sama sekali tidak menyangka kalau yang awalnya diam-diam saja ternyata humoris dan suka ngelawak.
  • Saya lama-lama merasa terganggu dengan beberapa orang yang awalnya hobi melontarkan masukan dan pendapat karena ujung-ujungnya pasti bikin mbulet.
  • Ada seorang teman yang wajib meminum belasan obat tiap harinya.
  • Beberapa orang cukup jorok dan vulgar (yah, satu rumah untuk 16 orang: kalian tidak akan bisa menemukan tempat untuk kentut atau ganti baju dengan leluasa).
  • Ada pula yang awalnya terlihat sangat sopan sampai-sampai kesopanannya bikin ketawa ternyata aslinya cukup menyebalkan.
  • Yang awalnya pendiam sampai akhir ternyata memang benar pendiam pun juga ada.
  • Oh, saya juga sedikit jengkel dengan beberapa orang yang menyetel alarm pagi-pagi sekali, tapi dianya tidak bangun-bangun (maksud saya, ngapain ngana nyetel alarm sebanter sangkakala kalau ngana nggak bangun?).

Bisa dibilang, mereka cukup ajaib di mata saya. Saya tidak menyangka saja akan bertemu dengan orang-orang seperti mereka karena sejujurnya yang saya bayangkan dari mereka adalah sifat egois, yang kemudian akan menimbulkan drama lebay blablabla. (Tetap ada drama selama KKN, tapi bukan drama lebay. Bahkan, agaknya, tak pantas pula disebut drama karena it’s the real deal.)

Mungkin keajaiban mereka menjadi salah satu faktor keberhasilan saya dalam melewati masa-masa kecemasan dalam KKN saya. Meski terkadang, keajaiban mereka menjadi salah satu faktor munculnya kecemasan serta perasaan sedih saya. Namanya juga sifat manusia: tidak semuanya dapat membuat saya senang atau sedih.

Komentar

Postingan Populer